COCONG AKTOR DADAKAN
Cocong terlihat murung duduk di pinggir pematang sawah sambil menatap hamparan padi yang sudah mulai menguning. Tangan kanannya menumpu tagunya, wajahnya manyun, tangan kirinya memegang setangkai batang kayu yang di main-mainkannya di air sawah. Dilihatnya anak kodok yang melompat-lompat menjauhinya. Pikirannya jauh melayang menerawang kenangan indahnya bersama Rose saat mereka bertemu pertama kalinya di pematang sawah. Saat itu Cocong sedang menjalani KKN bersama teman-temannya, Cocong melihat ada sekuntum bunga di tengah-tengah sawah, Rose namanya, Gadis belia yang belakangan dia ketahui anak gadis dari kepala Dusun. Cocong mendekatinya dan berkenalan dengan Rose, gadis pemalu itu menyambut jabatan tangan Cocong sambil tersipu karena tangannya masih kotor dengan lumpur karena sedang menanam padi bersama ibu dan bapaknya. Meski terlihat pemalu, Rose ternyata menaruh hati pada Cocong, laki-laki asing pendatang dari kota yang membuatnya terkesima. Cocong memang memiliki wajah yang tampan rupawan. Tubuhnya yang atletis dan ramah pada setiap penduduk Desa, membuat dia banyak di bicarakan gadis-gadis di desa itu. Selama tiga bulan Cocong menjalani KKN, hampir setiap hari Cocong menyempatkan diri menemui Rose di pematang sawah. Suatu hari Cocongpun melancarkan jurus rayuan gombalnya dengan mengatakan kata-kata cinta nan manis di kuping Rose yang membuatnya terbang melayang ke awan. Di sebuah pondok di pinggir lereng gudung tidak jauh dari pematang sawah, Cocong dan Rose menghabiskan waktu dengan berdua-duaan, di temani kicauan burung pipit. Rose menyandarkan kepalanya di bahu Cocong, yang juga merangkul bajunya dengan tangan kirinya. Serasa pematang sawah milik berdua. Tak lama Cocong dan Rose di kagetkan dengan kedatangan Amai Ungan dan Istrinya Inai Uyan, orang tua dari Rose yang juga kepala Dusun. Amai Ungan terlihat geram dan memanggil Rose anaknya dengan suara keras, wajahnya yang biasanya selalu simpati pada Cocong terlihat seperti sedang terbakar api amarah. Rose melepaskan diri dari rangkulan Cocong dan bergegas mendekati Amainya bersembunyi di belakang Amainya dengan wajah memerah. Merekapun berlalu meninggalkan Cocong yang tidak bisa berkata apa-apa karena ketangkap basah sedang berduaan bersama anak gadis kepala dusun yang dia sukai atau cinta lokasinya selama KKN di Dusun Bengen Kec.Tabang. Kedekatan Cocong dan Rose tersebar luas di seluruh Dusun dan menjadi pembicaraan penduduk dusun. Amai Ungan selaku kepala dusun meminta Cocong untuk membayar denda sepulu ekor babi atau menikahi Rose. Saat itu gong pun di pukul semua petinggi dusun hadir termasuk Cocong dan teman-temannya, Onel, Etong, dan Noval. Cocong di sidang secara adat dusun dan duduk di kursi panas di Lamin dusun. Saat itu Cocong seperti akan di bakar hidup-hidup oleh penduduk dusun, beberapa pasang mata semua tertuju padanya, bisikkan dari beberapa wanita dan gadis membicarakannya dan melontarkan pernyataan tidak percaya Cocong selama ini di kenal baik dan ramah. Sebagian wanita dan gadis dusun diam-diam membelanya karena memang Cocong sangat tampan dan berpendidikan dimata mereka namun ada juga yang merasa iri dan mencibir karena lebih memilih Rose anaknya kepala dusun yang memang menjadi kembang desa. Sebagian pria memandang sinis kepadanya yang merupakan putra dusun penggemar sang Bunga Desa. Cocongpun di beri waktu satu minggu untuk memutuskan apakah akan menikahi Rose secara adat atau membayar denda sepuluh ekor babi kepada kepala dusun. Cocong semakin terpojokkan, dengan pilihan yang sama-sama sulitnya, Cocong tidak mungkin menikahi Rose, padahal ini baru masa penjajakkan pikirnya, apalagi apa kata orang tuanya jika dia menikah secara adat di dusun yang sangat jauh dari peradapan kota. Untuk mencapai dusun ini saja butuh waktu tiga hari dua malam, tapi kalau Cocong tidak menikahi Rose, maka dia harus membayar denda sepuluh ekor babi dalam waktu satu minggu, harga per ekor babi saja lima juta rupiah dikali sepuluh maka Cocong harus merogoh kentong sebesar lima puluh juta rupiah. Denda yang sangat besar yang harus dia tanggung untuk membayar harga diri seorang gadis desa.
"Eh Cong...aku cari-cari kemana-mana, disini rupanya, ku kira udah gantung diri di pohon lombok hehe" Onel menghampiri Cocong dengan menepuk bahunya yang membuyarkan lamunannya.
"Nceno bngt..., aku masih waras tau, pusing banget neh"
"Aku sangat prihatin sama kamu Cong, kami punya ide Cong" Tambah Onel sambil ikut duduk di pinggir pematang sawah bersama Cocong yang tetap termangu.
"Ide apa? Bubuhanya kemanaan?" Tanya Cocong lagi sambil memecahkan lumut yang berada di permukaan air sawah dengan batang kayu yang di pegangnya.
"Apa kamu mau menikah dengan Rose? Kalau iya, ya ide ini tidak berlaku"
"Gila kamu ya, mana mungkin aku menikahi Rose, orang tuaku gimana?"
"Bukannya gitu wal, tapikan kamu harus bertanggung jawab atas perbuatan kamu"
"Bertanggung jawab apanya!!!??" Cocong sedikit geram.
"Bukannya kamu udah gitu-gitu ama si Rose?"
"Udah gila apa aku Nel!!, jangankan gitu-gitu, pengang tangannya juga baru sekali, apalagi cium pipinya, bahkan kamu udah menuduh aku gitu-gitu"
"Waah kami pikir kamu sudah dapatkan tu si kembang desa"
"Belum tauu, belum sempat" tambah Cocong lagi masih dengan wajah geram.
"Waaah untung saja aku tidak sempat mendekati Mawar, padahal dia sudah memberi signal, tapi karena adat disini sangat ketat aku sepertinya harus mundur teratur, berarti kamu udah memutuskan untuk membeli sepuluh ekor babi?"
"Kalau belinya pake daun pisang mungkin biar seratus ekor juga aku beli nel"
"Hahaha, uuuff sorry Cong, jadi apa rencanamu?"
"Belum tau, ni lagi mikir Nceno!"
"Belum tau, ni lagi mikir Nceno!"
"Kami punya ide Cong"
"Kamu mau enggak, gini......" Onel berbisik di kuping Cocong.
"Buseettt, enggak ada ide yang lebih gila dari itu apa?, kalau aku sakit beneran, mampus aku!"
"Jiah namanya juga usah Cong, biar kamu tidak jadi menikah dan tidak jadi kena denda, itu sudah ide yang paling mutahir dari kita-kita Cong"
**
Malam hari di dalam kamar Cocong terus berpikir, sudah tiga hari tiga malam Cocong di rundung bingung dan harus mengambil keputusan besar dalam hidupnya dan akan sangat mempengaruhi masa depannya. Cocong teringat bisikan Onel yang menyampaikan ide dari teman-temannya agar dia berpura-pura sakit ayan alias epilepsi agar semua penduduk dusun mengetahuinya termasuk Amai Uyan dan Rose, agar mereka memberi simpati pada Cocong dan membatalkan denda dan tidak jadi menikahkan anak gadisnya dengan seorang penyandang penyakit ayan. Ide mereka memang sangat gila alias nceno, namun Cocong diam-diam ternyata tertarik karena sangat terdesak dan tidak tau harus berbuat apa lagi selain mencoba ide teman-temannya yang nceno itu. Cocong disarankan untuk berpura-pura kambuh pada saat acara adat di Lamin pada kamis malam esok. Dengan sambil membaringkan tubuhnya di kasur, Cocong mencoba browsing tentang penyakit epilepsi di hp blackberrynya, dengan seksama Cocong membaca ciri-ciri dan tanda-tanda orang terkena penyakit epilepsi dari om Google. Setelah merasa cukup mengatahui tentang penyakit epilpsi Cocong pun menyimpanya dalam otaknya dan tertidur sambil memegang blackberry di tangan kanannya dengan posisi terlengukup.
**
Malam Jum'at semua penduduk dusun terlihat ramai memadati kursi yang tersedia di Lamin dusun, kepala dusun Amai Uyan dan istrinya, serta Rose terlihat sudah duduk di kursi barisan depan bersama petinggi-petinggi dusun, lengkap dengan pakaian adat. Para pengisi acara telah terlihat sudah siap duduk di tepi panggung dengan berbagai atribut adat tarian dan atraksi yang akan di tampilkan. Cocong dan teman-teman ncenonya selaku tamu kehormatan dusun juga di minta hadir dan mendapat tempat duduk di barisan ke tiga dari depan, Cocong hanya bisa menatap bunggung Rose dan keluarganya dari belakang sambil menghadap panggung pertunjukan dengan teman-temannya. Sebagian hadirin mengenakan pakaian adat dan sebagian lagi sudah mengenakan pakaian modern seperti pendatangan dan tamu-tamu dari Kecamatan. Cocong jarang menegadahkan kepalanya, Cocong merasa seperti seekor tikus di antar kerumunan kucing yang siap menerkamnya. Ini semua ide dari teman-temannya, Cocong harus mencoba ide dari teman-temannya dengan menghadiri acara adat ini sebagai bagian dari rencana besar mereka untuk menyelamatkan Cocong dari masalah yang menimpanya. Membawa acara seorang gadis manis bernama Mawar menaiki panggung, membuka acara dengan membacakan susunan acara. Onel terus mengamati Mawar yang memang sudah dia kenal sejak pertama kali menginjakkkan kakinya di dusun. Etong menyenggol bahunya dan mengarahkan pandangan pada Mawar yang terlihat semakin manis dengan pakaian adat.
"Nel.., tu gadismu.." Seru Etong sambil menyenggol bahu Onel, yang membuat bahu mereka bersentuhan satu sama lain.
"Iya tauuu!, jangan lebay gitu Tong, malu tau" Onel menoleh kekiri dan kekanan, takut ada yang melihat gelagat mereka.
"Bro..., sebaiknya setelah kata sambutan dari kepala dusun kamu langsung melancarkan aksimu, waktunya lebih tepat" Bisik Noval pada Cocong yang lebih banyak menyembunyikan wajahnya dengan berpura-pura membuka-buka bbm.
"Iya sabar bro, ini lagi mengumpulkan keberanian dan tenaga untuk jadi aktor dadakan, perannya enggak tanggung tanggung lagi, jadi penyandang penyakit epilepsi, kalian memang nceno bngt"
"Hikhikhik, itu derita elo bro" Jawab Noval sambil mengarahkan pandangannya ke panggung mendengarkan kata sambutan dari kepala dusun.
"Bro.., ini saatnya" Bisik Onel sambil memberikan isyarat pada Cocong yang terlihat cemas dan bingung harus memulai dari mana.
Desakkan teman-temannya membuat Cocong geram dan memunculkan energy the power of kepepetnya, Cocongpun langsung melancarkan akting terbaiknya. Dengan berpura-pura kejang-kejang dan terjatuh dari kursi dengan mengumpulkan air liur sebanyak-banyaknya dan mengeluarkannya dari mulutnya, memejamkan matanya dan mengejangkan sekujur tubuh kaki dan tangannya. Teman-temanya berpura-pura panik dan membantu mengangkat Cocong yang sudah tergeletak di antara barisan kursi, kegaduhan mereka mengalihkan perhatihan para hadirin di acara adat itu, termasuk kepala dusun yang sigap menghampiri mereka dan melihat Cocong yang terlihat kejang-kejang tak berdaya.
"Ada apa? Harap tenang, beri ruang" Seru kepala dusun mencoba masuk dari kerumunan orang yang berusaha melihat apa yang terjadi.
"Amai Cocong kembuh...!!" Seru Onel sambil memegangi tangan Cocong yang kejang.
"Kambuh? Mungkin dia kerasukan roh jahat, biar dukun dusun yang menanganinya"
"Bukan Amai, Cocong memang penyandang penyakit epilepsi, penyakit ini dia indap dari lahir, orang tuanya sudah mengingatkan kami kalau sewaktu-waktu dia kambuh harus segera di bawa ke rumah sakit"
"Apa? Epilepsi? Apa itu?" Tanya istri Amai Uyan yang sedari tadi memegang tangan Rose yang sembunyi-sembunyi mencoba melihat apa yang terjadi pada Cocong dengan simpati.
"Penyakit Ayan Imai, penyakit ini menular pada anak cucu jika tidak di obati segera"
"Apa? Sebaiknya kalian bawa dia ke rumah sakit segera, karena di dusun ini tidak ada rumah sakit kalian harus sewa ketinting untuk pergi ke kecamatan dan menyewa speed untuk ke kota" Instruksi kepala dusun sigap tanpa curiga.
"Baik Amai" Onel dan Etong membopong Cocong dan di ikuti Noval, menjauhi kerumunan orang yang pelan-pelan menjauhkan diri dari mereka. Merekapun keluar dari Lamin di antarkan salah seorang pria putra dusun yang mengantarkan mereka pulang ke kota untuk membawa Cocong berobat karena penyakit epilepsi sandiwaranya.
Bersambung......
Writer : Rusni Hasyimi
Cerpen Edisi February 2013
