COCONG NCENO BANGET
Pria putra dusun belakangan di ketahui bernama Yustinus Uluy. Setelah Noval menanyakan namanya sambil menyorongkan tangan kanannya untuk berkenalan. Yus berjalan lebih di depan membawa mereka menuruni tangga menuju jamban untuk segera menuju angkutan tradisional ces (sebuah perahu kecil yang bermotorkan mesin ces) yang kusus di rancang untuk sungai kecil di tanah hulu.
"Nel.., sebaiknya kamu dan Nurdin ke rumah Amai mengemasi barang-barang kita" Seru Noval yang masih membopong Cocong bersama Etong mengiringi langkah Yustinus yang berjalan cukup cepat menuju tepi sungai.
"Oke bro, ayoo Din kita kemasi barang sekalian berpamitan" Jawab Onel sambil melepaskan Cocong di tangan dari membopong Cocong.
"Ini ide gilanya Onel, enak di kamu Cong, berat bangat tauuu" Bisik Etong yang mulai kelelahan membopong Cocong yang masih berpura-pura pingsan sambil mengintipkan pandangannya pada wajah teman-temannya yang tertatih-tatih membopongnya ke tepi sungai menuju perahu ces"
"Jangan lupa wal, baju-bajuku masih ada di jemuran di belakang rumah dekat kandang ayam yaa..." Terik Noval sambil mengarahkan pandangannya ke Onel dan Nurdin yang mulai berjalan sedikit berlari menuju rumah Amai Iban.
"Sippp, moga aja enggak di patuk ayam betina hikhik" Jawab Onel.
"Yee..mending di patuk ayam dari pada ular betina...hikhik" Tambah Nurdin sambil menahan tawa namun tetap berjalan cepat bersama Onel.
Setibanya di rumah Amai Iban mereka disambut Inai yang sudah mengetahui kepulangan mendadak mereka dengan menyuruh mereka segera bergegas.
"Permisi Inai, kita mau mengemasi barang, mohon pamit" Noval menaiki tangga yang mendapati Inai sudah di depan rumah menunggu mereka.
"Iya nak, cepatlah..kemasi barang"
"Permisi Inai" Mereka langsung menuju kamar dengan melintasi wanita paruhbaya tersebut yang hanya mengarahkan pandangannya mengikuti gerak gerik mereka hingga masuk kamar dengan wajah cemas.
"Untung aja kita kebagian tugas kemasin barang ya nel, berat juga tu si Cocong kebanyakkan dosa kali ya?" Nurdin sambil mengemasi barangnya dan mengemasi barang Cocong dan Noval.
"Bukan Cocong namanya kalau enggak bikin repot kita semua.., tapi setidaknya hanya ini jalan keluar kita bisa menyelamatkan Cocong dari denda yang tidak sepantasnya dia terima" Onal terlihat telah selesai mengemasi barangnya meninggalkan Nurdin, keluar kamar menuju dapur untuk mengambil baju Noval yang masih berjemur di belakang rumah Amai, sambil menuruni tangga dapur yang terbuat dari kayu tersebut Noval mengarahkan pandangannya ke jemuran baju yang sudah di jadikan tempat tumpuan ayam-ayam peliharaan Amai Iban, 3 ekor ayam betina. Novalpun memburu ayam-ayam itu sambil menggerakkan kedua tangannya.
"Usss..Uss...., wah ni ayam bukannya matukin malah di tenggerin Huuuhh"
Sambil memunguti jemuran satu persatu, tanpa sadar Onel di hampiri ayam betina yang marah karena di usir dari tempat nyantainya, ayam betina itu terlihat gerem dan emosi tinggi saat Onel memburu anak-anaknya dengan menggunakan kaki kirinya hingga hampir mengenai anak-anak ayam tersebut. Onel begitu terkejut menyadari ayam betina sudah bersiap menerkamnya yang tengah memegang baju-baju memenuhi kedua tangannya.
"Pekokkkkk Pekokkkkk Pekokkkk" Ayam betina tersebut berkokok dan merentangkan kedua sayapnya seakan bersiap menantang Onel untuk singel.
"Buseeeet dah ni ayam betina galak amat ya, Iya ayam maaf.. Sorry tadi aku enggak sengaja..." Onel berusaha menenangkan Ayam betina berwana hitam tersebut dengan mengajaknya berdiskusi.
"Pekokkkkk....Pekokkkkk..."Ayam betina itu menghampiri Noval dengan gerem.
"Oooowwwww......" Onel berlari terbirit-birit sambil berteriak menaiki tangga hingga menjatuhkan baju Noval di bawah kolong rumah Panggung tersebut.
Mendengar keributan di belakang rumahnya Amai bergegas menuju belakang rumah mendapati Onel yang terlihat panik ketakutan sambil memegangi pakaian Noval.
"Ada apa nak?" Tanya Inai sambil membantunya memunguti pakaian yang terjatuh dari pelukkannya.
"Hehehe..enggak papa Inai, itu ayam betinanya galak juga ya?"
"Owhh..Ayam memang gitu, kalau melihat orang asing, dia takut orang itu menggangu anak-anaknya" Jawab Inai sambil menyerahkan baju-baju yang di jatuh kan Onel di pelataran belakang rumahnya.
"Makasih Inai, saya kedalam dulu, Noval dan Cocong pasti sudah menunggu di perahu" Jawabnya sambil berjalan meninggalkan Inai, masuk kedalam rumah dengan muka memerah.
Setelah selesai mengemasi barang Onel dan Nurdin berpamitan dengan Inai yang mengantarkan mereka hingga ke depan rumahnya sambil melambaikan tangan. Mereka terlihat tertatih-tatih menggendong tas yang over load untuk seorang diri. Sesekali Onel menjatuhkan salah satu tas di bunggungnya. Dengan bersusah payah merekapun tiba di perahu, bertemu Noval, Etong, dan Cocong yang masih dengan sandiwara penyakit epilepsinya, terbaring lemes seakan tak berdaya, Yustinus putra dusun yang di amanatkan mengantarkan mereka langsung membantu mereka mengatur tas-tas di dalam perahu dan menyalakan mesin ces, membawa mereka ke Desa Sidomulyo yang tersedia penyewaan speed boat untuk mereka ke kota.
**
Tiba di Desa Sidomulyo, Agar sandiwara mereka semakin mantap, merekapun meminta Yustinus mengantarkan mereka di persinggahan Puskesmas desa dengan alasan agar mendapat pertolongan pertama pada penyakit epilepsi Cocong. Setibanya di puskesma Cocong langsung di tangani oleh seorang perawat puskesmas.
"Selanjutnya, nanti temui pak Kades di desa ini, untuk menanyakan penyewaan speed boat, saya mau pamit dulu, hari sudah mulai mendung, takutnya hujan" Yustinus berpamitan di depan puskesmas sambil menjabat tangan Noval,Etong,Nurdin, dan Onel.
"Owh..iya bro, eh bro.., iya wal.., makasih banyak yah" Jawab Etong dengan gaya ncenonya.
"Terima kasih banyak kawan, sampaikan salam buat Amai Iban dan Inai serta masyarakat dusun, terima kasih atas bantuannya selama ini, mohon maaf kalau kami sedikit merepotkan" Tambah Noval dengan bijak.
Nurdin dan Onel hanya menjabat tangan Yustinus sambil tersenyum, merekapun menyaksikan Yustinus melangkah meninggalkan mereka menuju ces dan melaju semakin menjauh hingga hilang dari pandangan mereka. Dengan serentak Onel, Etong, dan Nurdin berteriak sambil mengepalkan kedua tangan mereka.
"Yessss......!!!!! Sukses...!!!" Mereka berteriak hingga mengejutkan Noval yang meninggalkan mereka memasuki puskesmas melihat aksi sandiwara Cocong, merekapun mengiringi Noval dari belakang.
"Jangan senang dulu, sebaiknya kita temui Cocong untuk mengakhiri sandiwaranya, kalau dia masih minta bopong, kita ceburin aja tu ke sungai Belayan" Onel menyarankan ke teman-temannya sambil berjalan dan di iringi Etong dan Nurdin.
"Hahahaha..., setuju Nel" Jawab Etong.
"Kalian memang gila, KKN kita kacau balau tauuu" Nurdin terlihat galau.
"Ahhh km din enggak usah di pikirkan, yang penting kita bisa pulang ke Kota dulu, masalah KKN bisa kita atur lagi nanti" Tambah Etong enteng.
"Permisi Sus, tadi teman kita udah di tangani, di ruangan mana ya" Tanya Noval selaku ketua Geng kepada seorang Perawat piket.
"Owh.. Diruangan mawar mas, sebelah kiri" Jawabnya sambil mengarahkan tangannya ke salah satu jalan menuju ruangan mawar.
"Terima kasih sus.." Jawab Onel sambil tebar pesona membuat suster hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Jangan macam-macam Nel, mau kena denda sapi 10 ekor lagi??" Tegur Noval sambil berbisik, menyenggol Onel
Merekapun meninggalkan suster menuju ruang mawar, tak lama mereka tiba di depan ruangan Cocong dengan sedikit mengendap mereka mendengar suara orang sedang mengobrol di balik pintu, merekapun menempelkan kuping mereka di pintu ruangan yang mereka yakini adalah ruangan dimana Cocong di tangani.
"Saya juga dari Samarinda mas, disini cuman tugas dinas, setahun sekali saya pulang ke kota"
"Disini tinggal sama siapa Non?"
"Sama saudara Ibu yang memang tinggal disini"
"Loe.. Emang suaminya mana?"
"Saya belum menikah mas, emang saya keliatan seperti ibu-ibu ya?"
Mendengar obrolan itu Noval, Etong, Onel, dan Nurdin saling bertatapan satu sama lain dengan wajah geram.
"Dasar Cocong buaya kota masuk desa...!!!" Bisik Onel.
"Kita sibuk ngurusin barangnya dia malah asyik berkenalan dengan suster!!" Tambah Etong.
Nurdin hanya menggelengkan kepalanya, Novalpun langsung membuka pintu dengan sedikit marah namun tetap berusaha tenang.
"Waah Cong, sudah siuman kau rupanya??" Seru Noval sambil melangkahkan kaki memasuki ruangan Cocong. Cocongpun terkejut beserta suster yang berdiri di samping ranjang, Cocong terlihat duduk menyandarkan kepalanya di bantal.
"Ehhh sorry wal udah merepotkan kalian.., iya nih udah agak mendingan setelah di periksa Sus Nina" Cocong mengarahkan pandangannya ke sus Nina dengan pandangan menggoda.
"Gimana keadaanya teman saya sus?" Tanya Nurdin sedikit mengejek Cocong.
"Owh...dia baik-baik saja, semuanya normal, tapi kalau masih kurang yakin, saya akan panggilkan metri untuk tindakan medis selanjutnya"
"Owh..tidak usah sus, saya baik-baik aja, mungkin saya cuman kecapean" Tambah Cocong cemas karena membayangkan jarum suntik Pak Mantri.
"Baiklah, kalau gitu istirahat aja dulu, kalau udah sehat, bisa pulang, saya pamit dulu, kalau ada perlu saya ada di ruangan piket" Tambahnya sambil tersenyum manis, dan meninggalkan ruangan mawar.
"Dasar kamu Cong..., belum cukup masalah yang telah kau buat di dusun!!??" Seru Onel dengan muka marah.
"Hehehe sorry deh, Yachhh memang ketampanan ini ujian buat aku"
"Tampan tang jonggon Cong..!! Wanita-wanita itu enggak tau aja kalau kamu itu sebenarnya buaya kota turun ke desa!"
"Hahahahaa, sirik aja kalian ini.."
"Udah-udah..! Cukup mending kita pikirkan masalah kepulangan kita, cari speed boat dan berapa sewanya" Noval menengahi teman-temannya yang suka saling ejek.
"Yang jelas kita enggak mungkin bisa jalan, tu hujan lebat di luar" Etong mengarahkan pandangannya di luar jendela yang nampak hujan deras bahkan berangin.
"Kalian tunggu disini, biar aku tanya Sus Nina, dia pasti tau dimana penyewaan speed boat" Cocong bergegas bangkit dari ranjang santainya dan meninggalkan teman-temanya di ruangannya. Etong dan Onel berebut menggantikan Cocong berbaring di ranjang, merekapun berbaring saling membelangi satu sama lain.
"Ussss...., Bisa tenang sedikit enggak, kalian ini seperti anak kecil aja!" Seru Noval sambil duduk di kursi, mengarahkan pandangannya ke jendela mengamati hujan, menerawang jauh dan kosong, dia tampak lelah, disandarkannya kepalanya di sandaran kursi sambil memejamkan matanya. Onel,Etong dan Nurdin hanya tersenyum seakan sudah terbiasa mendapat teguran Noval, merekapun akhirnya memejamkan mata dan tertidur kelelahan. Tak lama kemudian Cocong kembali, mendapati teman-temannya yang terlihat kelelahan Cocong tersenyum, menutup pintu dengan perlahan agar tidak membangunkan mereka.
"Gimana Cong?" Noval membuka matanya dan menegakkan duduknya.
"Owh..kira'in kamu tidur.., Udah beres....tenang aja, Sus Nina menyarankan kita menginap dulu satu malam di home stay di RT 3, disana sekaligus pangkalan penyewaan speed boat, tunggu hujannya reda dikit" Jawab Cocong sambil menoleh melihat ke luar jendela mengamati hujan yang mulai reda. Hari semakin bergulir, Noval melihat jam tangannya menunjukkan pukul 2 siang. Sejenak suasana hening, Cocong masih sambil berdiri, melangkah mendekati jendela kaca, mengambil handphone blackberrynya dari dalam kentong kiri celana jeansnya. Melihat Cocong tengah asyik dengan handphone BBnya, Noval seakan sudah tau betul temannya yang satu ini.
"Pasti lagi bbm'an dengan Sus Nina..." Seru Noval sambil menyandarkan lagi kepalanya di sandaran kursi, mengarahkan pandangannya ke langit-langit ruangan.
"Hehehe, tau aja wal, tadi pinta pinnya wal, kan buat tanya-tanya speed boat" Jawab Cocong berkilah sambil cengengesan, dengan terus melanjutkan sepak terjangnya berkenalan dengan Sus Nina.
Suasana hening hingga dua jam kemudian..., hujan telah benar-benar reda. Noval berdiri, melangkah mendekati jendela memastikan hujan telah reda.
"Sebaiknya kita ke Home Stay sekarang, hujan udah reda Cong, bangunkan bubuhannya"
Noval mengambil air mineral di dalam tasnya dan menegaknya sambil kembali duduk dikursi.
"Okee..., Cocong mengakhiri bbm'nya dengan Sus Nina, dan memasukkan handphone bbnya ke kentongnya lagi.
Sambil berjalan mendekati Etong,Onel dan Nurdin yang tengah tertidur pulas tanpa sadar sudah saling berpelukkan satu sama lain karena kedinginan.
"Kebakaran......!!!!" Cocong sedikit berteriak mendekati kuping temannya yang tengah tidur pulas itu. Sontrak mereka terbangun dan saling mendorong satu sama lain hingga terjatuh dari ranjang yang tidak terlalu tinggi itu.
"Nceno bngt loe...!!!!, Cong, enggak ada taubatnya kamu yaa!!!!???" Seru Etong sambil duduk memegang punggungnya yang terasa sakit.
"Becanda yaa kira-kira juga kali Cong.., ni punggung encokkk tauuu, Pokoknya nanti malam giliran kamu Cong jadi tukang pijit kita-kita" Tambah Onel yang tidak meresakan sakit sedikitpun.
"Woi Nel.....!!!, jangan ngomel aja..! bokongku jauh lebih sakit kalau kamu enggak bangkit, ini namanya udah jatuh tertimpa gajah!!" Seru Nurdin yang sedari tadi menahan beban tubuh Onel yang jatuh menimpanya.
Bersabung...... :)
Cerpen Edisi Maret 2013 (Sorry Pending, baru ada waktu n ide)
Selamat Membaca, Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat di perlukan.
Regards, Rusni Hasyimi.
